Program Makan Bergizi Serap Jutaan Tenaga Kerja, Tapi Sampai Kapan?




JMNpost.com | Jakarta, – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini dijalankan pemerintah mulai menunjukkan hasil positif, terutama dalam menggerakkan ekonomi masyarakat dan mengurangi kemiskinan ekstrem.

Dalam Sarasehan Ekonomi bersama Presiden RI yang digelar di Menara Mandiri, Jakarta Selatan, Selasa (8/4), Dadan mengungkapkan bahwa ribuan ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan kini bisa memperoleh pendapatan tetap melalui pekerjaan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Banyak ibu-ibu usia 40 hingga 45 tahun kini memiliki penghasilan sekitar Rp2 juta per bulan. Sebanyak 50 ribu orang telah terserap dalam program ini," kata Dadan.


Ia menjelaskan, satu unit SPPG umumnya mempekerjakan sekitar 50 orang secara langsung. Dengan target pendirian 30 ribu SPPG di seluruh Indonesia, program MBG diperkirakan mampu menciptakan hingga 1,5 juta lapangan kerja baru.

Tak hanya menciptakan lapangan kerja, Dadan menambahkan bahwa program ini juga menumbuhkan pelaku usaha baru di sektor pangan. Setiap unit pelayanan gizi berpotensi melahirkan sedikitnya 15 pengusaha, mulai dari penyedia bahan pokok seperti telur dan beras hingga pengelola limbah minyak jelantah.

"Di Sukabumi misalnya, semua pemasok dalam proyek percontohan merupakan wirausahawan baru," ujarnya.

Menurut data BGN, hingga April 2025 tercatat sudah beroperasi 1.009 SPPG, dan jumlah tersebut ditargetkan meningkat menjadi 1.533. Menariknya, seluruh fasilitas ini dibangun tanpa menggunakan anggaran negara, melainkan melalui kerja sama dengan UMKM, rumah makan, dan jasa katering yang sebelumnya mengalami penurunan usaha.

"Restoran kecil yang sebelumnya sepi kini mendapatkan pelanggan tetap hingga 3.000 orang per hari," ujar Dadan.

Besarnya kebutuhan pangan dalam program MBG juga diyakini akan menyerap kelebihan produksi nasional. Untuk memenuhi kebutuhan telur saja, diperkirakan dibutuhkan hingga 400 ribu ton telur per tahun apabila program ini melayani 82,9 juta penerima. Sementara itu, surplus telur nasional hanya sekitar 200 ribu ton per tahun.

Kebutuhan harian untuk satu SPPG meliputi 350 kilogram ayam, 300 kilogram sayur, 350 kilogram buah, serta 40 hingga 50 liter susu. Untuk skala nasional, diperkirakan Indonesia membutuhkan tambahan 1,5 juta ekor sapi perah guna memenuhi permintaan susu.

BGN juga menggandeng berbagai lembaga dalam pengembangan SPPG. Sejumlah institusi seperti TNI, Polri, BIN, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah telah menyatakan komitmennya untuk membangun ribuan unit SPPG. Masyarakat pun diajak ikut serta, misalnya dengan mengoperasikan rumah kosong sebagai tempat pelayanan gizi.

Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan bahwa program ini juga diharapkan mampu mendorong produktivitas pertanian melalui pemanfaatan lahan pekarangan, termasuk di daerah perkotaan. Ia menyebut konsep pertanian praktis di rumah menjadi bagian dari visi jangka panjang pemerintah.

Untuk menjamin ketersediaan bahan pangan, BGN mendorong terbentuknya koperasi lokal yang berperan sebagai agregator guna mengatur pola tanam petani sesuai kebutuhan harian SPPG.

"Setiap hari kita butuh ratusan kilogram sayuran. Maka dari itu, perlu ada sistem yang bisa mengoordinasikan produksi di lapangan," tutup Dadan.

Post a Comment

أحدث أقدم