Oleh: Mahdi
Di tengah harapan besar akan pembangunan ekonomi daerah berbasis pertanian, sebuah bangunan yang semula digadang-gadang sebagai pabrik pengolahan jagung di Gampong Teupin Pukat, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur, justru menjadi potret menyedihkan dari proyek yang gagal dan pembiaran yang akut.
Bangunan yang mulai dibangun pada era darurat militer itu kini tidak lebih dari sekadar bangunan kosong tak bertuan. Ironisnya, tempat yang seharusnya mendorong produktivitas petani jagung justru berubah fungsi menjadi sarang penyalahgunaan narkoba. Dari hasil penelusuran tim kami di lapangan, ditemukan barang-barang yang kuat diduga merupakan sisa aktivitas hisap sabu—pipet, plastik bekas paket sabu, dan lingkungan yang tidak terurus.
Lebih menyedihkan lagi, hingga kini belum ada kejelasan siapa penanggung jawab dari proyek tersebut, berapa nilai anggarannya, dan apa alasan utama pembangunan itu tak pernah tuntas. Semua mengambang, seakan proyek ini hanyalah serpihan masa lalu yang dibiarkan lenyap bersama waktu. Padahal, publik berhak tahu: siapa yang bertanggung jawab atas uang rakyat yang digunakan untuk membangun fasilitas tersebut?
Ketika ruang publik yang seharusnya menjadi pusat ekonomi berubah menjadi ruang gelap penyalahgunaan narkoba, maka ini bukan hanya kegagalan pembangunan—ini adalah kegagalan pengawasan, kegagalan kepemimpinan, dan kegagalan moral. Siapa pun yang berwenang di level kabupaten hingga provinsi tidak bisa tinggal diam. Ketidaktahuan bukan alasan.
Pemerintah harus bertindak. Tidak cukup hanya "akan menindak" atau "akan mengevaluasi." Perlu ada aksi nyata: mengambil alih, mengamankan lokasi, menindak pelaku penyalahgunaan, serta melakukan audit menyeluruh atas proyek tersebut. Bila perlu, libatkan aparat penegak hukum dan lembaga antikorupsi untuk menelusuri jejak anggaran dan memeriksa kemungkinan adanya penyimpangan.
Baca Juga: Misteri Pabrik Jagung di Aceh Timur: Dari Proyek Gagal ke Sarang Narkoba
Sebagai media, kami tidak akan berhenti di sini. Kami akan terus memantau dan menyuarakan suara masyarakat yang telah terlalu lama diam. Pabrik ini hanyalah satu dari banyak potret buram pembangunan di Aceh. Tapi jika ini dibiarkan, maka kita sedang memelihara penyakit sistemik yang akan terus menggerogoti harapan rakyat.
Sebagai seorang pemuda Aceh yang kini merantau dan berdagang di Malaysia, saya merasa terpukul saat membaca kabar bahwa sebuah pabrik jagung di Gampong Teupin Pukat, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur, kini terbengkalai dan bahkan diduga digunakan sebagai tempat penyalahgunaan narkoba.
Saya ingat betul bagaimana dulu pembangunan pabrik-pabrik seperti ini disambut dengan harapan besar. Harapan agar ekonomi masyarakat desa bisa tumbuh, agar petani punya tempat mengolah hasil panennya, dan agar lapangan kerja terbuka untuk pemuda-pemudi di kampung. Tapi hari ini, kenyataan berkata lain. Pabrik itu tak pernah berfungsi, dan justru menjadi ruang gelap bagi aktivitas yang merusak masa depan generasi kita.
Post a Comment